A'immat Ar Ramy, Para Imam Panahan, Sepanjang Sejarah Panahan Islam

Setelah masa para ahli panahan dari kalangan Sahabat Rasulullah seperti Sa'ad bin Abi Waqqash, Abu Thalhah, Uqbah bin Amir Al Juhani, Qatadah bin Nu'man Dan sebagainya Rodhiyallahu'anhum Ajmain, dan setelah masa Pasukan Elit Panahan Asawirah di jaman Khalifah Umar bin Al Khattab Rodhiyallahu'anhu, para ahli panahan mulai bermunculan kembali di masa Dinasti Abbasiyyah (abad 8 sampai abad 13).

Dalam Buku Philosophers of War, Volume I (2013) disebutkan bahwa setidaknya ada 10 orang imam besar panahan di masa Dinasti Abbasiyyah. Tiga imam besar yang mazhabnya menjadi rujukan pemanah Islam selama berabad-abad adalah yang pertama: Abu Hashim Al Mawardi, yang hidup di akhir masa Dinasti Umawiyah (abad 7 hingga abad 8) dan awal Dinasti Abbasiyyah. Metode dan tekniknya berasal dari mazhab panahan Persia Sasaniyyah. Terutama berbasis pada panahan infantry / on foot. Yang kedua adalah Thahir Al Balkhi yang berasal dari Kota Balkh di Khurasan. Hidup di akhir abad ke 8 dan mazhabnya merepresentasikan teknik dan metode yang digunakan pemanah infantry dan berkuda (mounted) pasukan Abbasiyyah dari Khurasan.

Yang ketiga adalah Ishaq Ar Raqqi yang berasal dari Iraq dan hidup di awal abad ke 9. Mazhabnya secara spesifik merupakan pengembangan dari tradisi memanah Abbasiyyah. Teknik dan metodologi Ar Raqqi selanjutnya diadaptasi oleh para pemanah infantri dan berkuda dari semenjak jaman Abbasiyyah hingga jaman Dinasti Mamluk (abad 13 hingga abad 16, berkuasa di Mesir, Syam dan Hijaz). Mazhab Ar Raqqi merupakan mazhab pertengahan dari mazhab Al Mawardi dan Al Balkhi dan kontribusi utama Mazhab Ar Raqqi adalah standardisasi teknik dan metode memanah yang kemudian mendorong terciptanya standardisasi busur dan peralatan panah lainnya. Hingga akhirnya muncullah pusat-pusat produksi massal busur komposit seperti Kota Al Wasith di jaman Abbasiyyah dan Kota Damaskus di jaman Dinasti Ayyubiyyun (abad 12 - 14) atas prakarsa Sultan Shalahuddin Al Ayyubi.

Yang keempat adalah Abdurrahman Ath Thabari (berbeda dengan Ibn Jarir Ath Thabari yang ahli tafsir dan tarikh), seorang prajurit pemanah veteran dalam pasukan Abbasiyyah yang hidup di akhir abad 8 dan awal abad 9, seorang keturunan Arab yang berasal dari Thabaristan di utara Persia.

Kontribusi utamanya adalah pendekatan eklektik dalam teknik memanah yang berasal dari mazhab Al Mawardi, Al Balkhi dan Ar Raqqi di mana beliau memilah kegunaan masing-masing mazhab berdasarkan kondisi penggunaan, jarak jangkau target serta postur tubuh sang pemanah. Semisal untuk orang tinggi jangkung cocok menggunakan mazhab Al Mawardi, atau untuk memanah jarak dekat menggunakan mazhab Al Balkhi, atau untuk seorang prajurit yang menggunakan baju zirah lengkap dalam peperangan cocok menggunakan mazhab Ar Raqqi.

Selanjutnya ada Abu Ja'far Muhammad bin Al Hasan Al Harawi yang berasal dari Kota Herat di Khurasan, lalu Abu'l Hasan Al Kaghadi yang juga berasal dari Herat yang mazhabnya berbasis pada memanah target untuk penduduk sipil (non-militer). Lalu ada Abu'l Fath Sa'id bin Khafif Al Samarqandi yang lahir di Baghdad di akhir abad 9, keluarganya berasal dari Kota Samarqand di Khurasan, beliau adalah komandan tentara di jaman Khalifah Ar Radi dan Al Mustakfi, mazhabnya adalah panahan militer.

Lalu di masa Dinasti Ayyubiyyun di abad 12 ada Murda bin Ali bin Murda Al Tarsusi dan di masa Dinasti Mamluk abad 14 tersebut ahli panahan yang bernama Taybugha Al Ashrafi Al Baklamishi Al Yunani yang meletakkan prinsip-prinsip panahan Mazhab Mamluk. Hingga memasuki abad 19, terdapat ahli panahan dari Dinasti Usmaniyyah Turki yang bernama Mustafa Kani dan Qahwachi Bashi yang berjasa dalam mendokumentasi dan membawa panahan tradisi Islam ke era modern sekarang ini.

Bersama beliau-beliau di atas tersebut, teknik memanah thumb drawing dan busur komposit horsebow serta memanah berkuda (horseback archery) tumbuh dan berkembang hingga mencapai puncaknya di kalangan Ummat Islam di masa lalu. sumber: facebook Irvan Pani Abu Aqilah

sejarah panahan islam



 

Support