Dari zaman ke zaman, dari tempat ke tempat, dari satu peradaban ke peradaban, ksatria adalah simbol kemulyaan akhlak dan keutamaan adab sopan santun tata krama tertinggi dalam kemasyarakatan.
Ia mahir namun rendah hati, ia kuat namun lembut, ia tegas namun dermawan, ia berani namun santun, sigap dan sederhana dalam laku dan ucap, menjunjung tinggi amanah dan tanggungjawab.
Seorang ksatria terkenal zaman Dinasti Abbasiyah yang bernama Ibnu Akhi Hizam (abad ke-9 Masehi) mengatakan bahwa seorang ksatria adalah ia yang mahir dalam seni berkuda, seni berpedang, seni bermain tombak dan seni memanah, namun yang utama adalah memiliki akhlak dan adab mulia. Seseorang yang mahir di empat keahlian tersebut namun tanpa akhlak dan adab maka ia bukanlah seorang ksatria.
Dalam berbagai peradaban di Indonesia, ksatria juga mengandung makna seorang yang mahir menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, keadilan dan membela kaum yang lemah.
KPBI sebagai perkumpulan pembelajar berusaha mencari makna dari hikmah dan kearifan seorang ksatria dengan menghidupkan kembali kemahiran-kemahiran masa lalu yang merupakan keahlian para ksatria dengan menerapkan prinsip-prinsip adab dan akhlak sebagai syarat utamanya.
Kemahiran para ksatria masa lalu ditampilkan kembali dalam bentuk wahana edukasi, permainan dan hiburan yang dapat dinikmati bersama-sama dan bersama-sama pula semua yang menyaksikan mendapat pembelajaran hikmah dan kearifan dari apa yang ditonton.
Agar kita semua paham bahwa adab dan akhlak mulia adalah intisari dari semua proses belajar dan sebagai syarat keluarnya ilmu yang dikejar…
Sumber: Facebook Page IHASA
